Slow fashion lebih menekankan bahwa produk yang diproduksi dalam jumlah terbatas. Tetapi tetap memperhatikan nilai-nilai dan etika yang terdapat di dalam produk tersebut. Seperti nilai budaya dan nilai prosesnya.” Ujar Alfira dengan gaya bahasanya yang lembut dan ramah.
Alfira Oktaviani (foto YouTube Polaris Studio) |
Trend slow fashion dipilih karena dirinya ingin memberikan edukasi dan menghargai nilai budaya serta nilai proses pada produk yang dibuatnya. Melalui Semilir ecoprint, sebuah usaha yang dirintisnya sejak tahun 2018, Alfira mengenalkan trend slow fashion.
Salah satu visinya Semilir adalah mengenalkan budaya slow fashion di antara maraknya budaya fast fashion yang sudah ada. Sebagai contoh fast fashion itu seperti Brand yang memproduksi produk secara massal. Namun tidak memikirkan etika fashion itu, baik dari segi manusia maupun lingkungannya." ungkap Alfira dengan senyum penuh keramahan.Jika orang pertama kali bertemu dengannya, tentu kesan ramah dan low profile akan mudah ditangkap dari kepribadiannya. Di balik kepribadiannya yang low profile, Alfira menyimpan impian besar tentang cara melestarikan warisan budaya Indonesia. Alfira menggunakan bendera Semilir ecoprint untuk mewujudkan impian besarnya ini.
Bagaimana produk Semilir tetap bisa mengikuti trend jika memakai budaya slow fashion?
Semilir akan mengadaptasi trend yang sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia. Misal budaya less plastic, maka Semilir mulai memproduksi shopping bag yang sustainable begitu.” ungkap Alfira tetap dengan gaya santai dan ramahnya.
Dirinya meyakini bahwa menggunakan trend slow fashion mampu memberi nilai tambah pada produk itu sendiri. Sebagai ibu rumah tangga sekaligus pengusaha muda, dirinya berupaya melestarikan warisan budaya lokal salah satunya produk fesyen dari kain lantung.
Foto instagram.com/semilir_ecoprint |
Kain lantung adalah kain yang sering digunakan dalam aktivitas sehari-hari masyarakat Bengkulu. Dulunya pada zaman penjajahan Jepang , masyarakat kesulitan mendapatkan pakaian. Sehingga masyarakat menggunakan kulit kayu lantung untuk menutupi tubuhnya.
Kain lantung berasal dari kulit pohon Trap (Artocarpus elasticus). Kemudian dikuliti dan didapatlah lembaran kulit kayu lantung. Lembaran kulit kayu lantung ini kemudian dipipihkan dengan alat pemukul yang disebut perikai. Pada saat dipukul kulit kayu lantung mengeluarkan bunyi ‘tung-tung’. Sehingga dikenal dengan nama kayu lantung.
Selama ini kan kulit kayu lantung itu hanya dimanfaatkan sebagai souvenir saja. Selain itu harga jualnya juga sangat rendah.” terang Alfira.
Maka pada awal memulai fesyen kain lantung, dirinya melakukan uji coba membuat produk dari kulit kayu lantung. Dimulai dengan melakukan riset pasar selama satu tahun, dan ternyata sambutan dari penikmat fesyen lokal sangat baik. Sehingga dirinya semakin optimis mengembangkan produk fesyen dari kulit kayu lantung.
Memulai Proyek Kayu Lantung di Semilir Ecoprint
Tujuan Semilir ecoprint mengenalkan budaya slow fashion yang sustainability (berkelanjutan) serta mengangkat nilai-nilai budaya dari warisan budaya melalui kain lantung.” terang Alfira dengan penuh percaya diri.
Foto instagram.com/semilir_ecoprint dan di olah secara pribadi |
Pikirannya tertuju untuk membuat tas dari kulit kayu lantung dengan teknik ecoprint. Perjalanannya membuat tas fesyen dari kulit kayu lantung tidaklah mudah. Dirinya harus mencari orang yang bisa mengolah kulit kayu lantung dengan benar. Beruntung Alfira kemudian dipertemukan dengan pengrajin kayu lantung asal desa Papahan- Kabupaten Kaur, Bengkulu, bernama pak Bambang.
Perjalanan untuk menemukan pak Bambang itu tidak mudah. Membutuhkan waktu perjalanan dari Bengkulu ke Kaur sekitar 7 jam. Alhamdulillah saya banyak dibantu oleh Balai Besar Kerajinan Batik (BBKB) untuk bisa mempertemukan dengan pengrajin kulit kayu lantung. Sehingga dikenalkan dengan pak Bambang." lanjut wanita lulusan apoteker ini.
Pak Bambang adalah salah satu pengrajin kulit kayu lantung di desa Papahan. Pada saat bertemu dengan Alfira dan tim Semilir, pak Bambang bersama warga lokal menyambut dengan antusias. Hal ini yang menjadikan Alfira semakin semangat mengembangkan produk dari kulit kayu lantung. Apalagi setelah mengetahui bahwa membuat kulit kayu lantung adalah mata pencarian utama pak Bambang.
“Mereka sangat antusias menyambut kedatangan kami. Saya jadi takjub sekali dengan sambutan mereka. Dan ternyata masyarakat sana masih menjadikan membuat kulit kayu lantung sebagai mata pencarian utama.” jelas Alfira.
Bersama pak Bambang, Alfira dan tim menuju hutan untuk mencari pohon lantung. Tak sulit menemukan pohon kayu lantung. Karena memang pohon lantung banyak terdapat di desa Papahan-kabupaten Kaur ini. Di Kaur ini masyarakatnya masih lekat dengan budaya nenek moyang.
Tangkapan layar YouTube Polaris Studio |
Bahkan masyarakat Kaur masih meneruskan budaya turun temurun. Salah satunya masih memakai Kinjar (keranjang dari kayu) untuk mandi. Selain itu masyarakatnya juga masih menggunakan penutup kepala dari kain kulit lantung.
Proses Pembuatan Bahan Baku Kain Lantung yang Menakjubkan
Sesampainya di hutan, Alfira ditunjukkan seperti apa jenis pohon lantung. Oleh pak Bambang, dijelaskan juga bahwa pohon lantung itu sejenis sukun-sukunan. Pohonnya tumbuh menjulang hingga 4-5 meter.
Setelah menemukan pohon lantung, pak Bambang dengan sigap memanjat. Dengan parang di tangannya, laki-laki 40 tahunan itu segera menebang pohon lantung. Pohon lantung yang ditebang diameternya tidaklah begitu besar, hanya sekitar 15-20 cm.
Seakan sudah terbiasa dengan aktivitasnya, pak Bambang menunjukkan skill mengolah pohon lantung dengan mahir. Sebelum dikuliti pohon lantung dipukul-pukul terlebih dahulu bagian kulitnya. Kemudian baru disayat lurus dari atas ke bawah. Mirip seperti mengupas ubi kayu.
Sumber foto instagram.com/semilir_ecoprint |
Pak Bambang terlihat sangat terampil ketika menyayat kulit kayu lantung. Dalam sekejap, kulit kayu lantung itu sudah terpisah dari batangnya.
“Ternyata bagian yang diambil adalah lapisan kulit kedua dari kulit lantung. Jadi bukan bagian luarnya, tetapi lapisan kedua setelah kulit luarnya.” terang Alfira.
Tampaklah lembaran kulit lantung yang berwarna coklat muda atau krem. Pada kulit lantung itu masih terdapat sisa guratan-guratan kulit luar kayu lantung. Corak ini menambah nilai estetik pada kulit lantung itu sendiri.
Proses Pemipihan Kulit Kayu Lantung
Hasil dari batang kayu lantung tadi berupa kulit lantung berukuran 30x40 cm. Proses selanjutnya adalah melakukan pemipihan. Tujuannya agar kulit lantung menjadi lebih lebar dan tipis. Proses pemipihan kulit lantung dilakukan dengan cara memukul-mukul kayu lantung dengan alat pemukul khusus yang disebut Perikai.
Tangkapan layar Youtube Polaris Studio |
Tangkapan layar YouTube Polaris Studio |
Proses untuk mendapatkan bahan baku kulit lantung ini luar biasa. Sampai mereka membuat sendiri alat untuk memipihkan kulit lantung. Itu yang harus kita apresiasi. Jadi harga produk dari kulit kayu lantung itu memang sesuai dengan proses dan nilai budaya dari kayu lantung itu sendiri" ujar Alfira dengan senyum ramah di wajahnya.
Proses Pembuatan Produk Semilir Ecoprint dari Kulit Lantung
Saat itu tahun 2018, Alfira membangun usaha berbasis fesyen yang ramah lingkungan. Dirinya membangun usaha fesyen yang diberi nama Semilir Ecoprint. Lokasinya di Kabupaten Sleman. Alfira memilih Yogyakarta karena daerah ini masih kental dengan budaya lokal.
Ketertarikannya pada bisnis fesyen karena dorongan sang ayah yang menantangnya untuk membawa kain lantung dikenal masyarakat luas.
Alfira pun mempelajari teknik ecoprint pada kulit kayu lantung. Dengan teknik ecoprint ini dirinya memadukan kain lantung dengan motif dedaunan dan bunga asli Indonesia. Hasil ecoprint ini didapatlah corak serta warna yang estetik.
Proses ecoprinting sendiri dimulai dari menyiapkan bahan kain lantung yang telah dipipihkan tadi. Kemudian daun atau bunga disusun di atasnya. Pilihan daun atau bunga ini disesuaikan dengan motif yang ingin didapatkan.
Setelah daun atau bunga asli disusun di atasnya, kain lantung kemudian di gulung dan diikat. Gulungan kain tadi kemudian dikukus selama 1.5 hingga 2 jam. Hasilnya berupa kain lantung yang memiliki motif yang indah. Warna yang muncul juga beragam, tergantung dari jenis bunga atau daun yang diletakkan tadi. Ada yang berwarna hijau, ungu, kuning, hingga merah maroon.
Kain ini kemudian dijemur dan dilanjutkan untuk proses pembuatan produk fesyen. Sedangkan sisa daun dan bunga bekas pembuatan ecoprint dimanfaatkan sebagai pupuk. Proses yang terjadi dalam pembuatan produk di Semilir ecoprint benar-benar sangat ramah lingkungan.
Tak lupa Alfira juga menunjukkan jenis produk tas yang baru diproduksinya. Sebuah tas dari kulit karung goni dengan motif daun jati berwarna merah hati. Tampak sekali nuansa budaya yang kental dari tas yang dibuat oleh Alfira.
Semilir ecoprint juga merambah ke produksi kain ecoprint, home decor, hingga baju dengan motif ecoprint. Untuk pemasaran produknya target marketnya adalah masyarakat yang mencintai gaya hidup go green atau pecinta buatan tangan (handmade).
Dirinya menyadari bahwa Indonesia sangat kaya akan produk alam serta warisan budaya. Banyak sekali warisan budaya lokal yang bisa dikembangkan menjadi produk fesyen yang cantik. Apalagi dipadukan dengan teknik ecoprint dan produk alam.
Indonesia perlu sosok seperti Alfira Oktaviani lebih banyak lagi, agar kekayaan warisan budaya lokal Indonesia bisa dikenal hingga kancah Internasional.
Lewat Semilir Ecoprint dengan modal Rp 500 ribu dirinya berhasil mengangkat warisan budaya lokal. Kini usahanya membuahkan hasil. Alfira mampu menjangkau penjualan produk Semilir ecoprint hingga ke luar negeri. Pelanggannya hingga ke Jepang, Australia, Amerika, Afrika Selatan, dan Eropa.
Semilir ecoprint juga telah melakukan berbagai pameran di berbagai kota di Indonesia seperti Yogyakarta, Solo, Tangerang, dan Jakarta. Alfira juga berhasil membuat ibu-ibu di tempat tinggalnya lebih berdaya dengan membuat ecoprinting. Alfira juga sering memberikan workshop untuk menginspirasi orang lain agar percaya diri membuka usaha secara mandiri.
Wajar bila Alfira Oktaviani menjadi salah satu penerima SATU Indonesia award tahun 2022 untuk kategori kewirausahaan. Apa yang dilakukan Alfira melalui Semilir ecoprint adalah bukti nyata cara melestarikan warisan budaya lokal Indonesia. Semoga makin banyak sosok seperti Alfira Oktaviani lainnya di Indonesia. Amiin.
Alfira pun mempelajari teknik ecoprint pada kulit kayu lantung. Dengan teknik ecoprint ini dirinya memadukan kain lantung dengan motif dedaunan dan bunga asli Indonesia. Hasil ecoprint ini didapatlah corak serta warna yang estetik.
Ecoprint itu bisa jadi alternatif fesyen yang ramah lingkungan. Jika selama ini yang kita tahu jika memotif kain itu hanya dengan cara membatik atau melukis pada kainnya saja. Nah dengan teknik ecoprint ini memberi warna dan motif kain dari daun asli." lanjut Alfira
Foto Instagram.com/semilir_ecoprint |
Proses ecoprinting sendiri dimulai dari menyiapkan bahan kain lantung yang telah dipipihkan tadi. Kemudian daun atau bunga disusun di atasnya. Pilihan daun atau bunga ini disesuaikan dengan motif yang ingin didapatkan.
Setelah daun atau bunga asli disusun di atasnya, kain lantung kemudian di gulung dan diikat. Gulungan kain tadi kemudian dikukus selama 1.5 hingga 2 jam. Hasilnya berupa kain lantung yang memiliki motif yang indah. Warna yang muncul juga beragam, tergantung dari jenis bunga atau daun yang diletakkan tadi. Ada yang berwarna hijau, ungu, kuning, hingga merah maroon.
Saya takjub juga dengan hasil cetakan ecoprinting dari daun dan bunga. Yang saya tahu selama ini bahwa daun itu berwarna hijau, ternyata setelah dicetak ke atas kain lantung mampu menghasilkan warna yang beragam."
Foto instagram.com/semilir_ecoprint |
Kain ini kemudian dijemur dan dilanjutkan untuk proses pembuatan produk fesyen. Sedangkan sisa daun dan bunga bekas pembuatan ecoprint dimanfaatkan sebagai pupuk. Proses yang terjadi dalam pembuatan produk di Semilir ecoprint benar-benar sangat ramah lingkungan.
Produk-Produk Semilir Ecoprint
"Produk awal Semilir adalah tas. Kemudian dicoba juga ke beberapa media, nggak hanya canvas, karung goni, kemudian kulit kayu lantung. Harga yang ditawarkan juga sesuai proses yang dilakukan. Berkisar antara Rp 100 ribu hingga Rp 800 ribuan." ujar Alfira mengawali pembicaraan mengenai produk Semilir.
Tak lupa Alfira juga menunjukkan jenis produk tas yang baru diproduksinya. Sebuah tas dari kulit karung goni dengan motif daun jati berwarna merah hati. Tampak sekali nuansa budaya yang kental dari tas yang dibuat oleh Alfira.
Foto instagram.com/semilir_ecoprint |
Semilir ecoprint juga merambah ke produksi kain ecoprint, home decor, hingga baju dengan motif ecoprint. Untuk pemasaran produknya target marketnya adalah masyarakat yang mencintai gaya hidup go green atau pecinta buatan tangan (handmade).
Cara Alfira Oktaviani untuk Melestarikan Warisan Budaya Lokal Indonesia dan Mengenalkan pada Dunia
Kalau di Bengkulu kulit kayu lantung hanya digunakan sebagai souvenir. Harapannya ke depan Semilir ecoprint masih ingin mengeksplor bahan-bahan yang berasal dari alam yang ada di Indonesia. Bahan-bahan alam ini yang akan diaplikasikan ke produk fesyen yang ramah lingkungan." harap Alfira tentang langkah Semilir Ecoprint ke depannya.
Dirinya menyadari bahwa Indonesia sangat kaya akan produk alam serta warisan budaya. Banyak sekali warisan budaya lokal yang bisa dikembangkan menjadi produk fesyen yang cantik. Apalagi dipadukan dengan teknik ecoprint dan produk alam.
Indonesia perlu sosok seperti Alfira Oktaviani lebih banyak lagi, agar kekayaan warisan budaya lokal Indonesia bisa dikenal hingga kancah Internasional.
Lewat Semilir Ecoprint dengan modal Rp 500 ribu dirinya berhasil mengangkat warisan budaya lokal. Kini usahanya membuahkan hasil. Alfira mampu menjangkau penjualan produk Semilir ecoprint hingga ke luar negeri. Pelanggannya hingga ke Jepang, Australia, Amerika, Afrika Selatan, dan Eropa.
Semilir ecoprint juga telah melakukan berbagai pameran di berbagai kota di Indonesia seperti Yogyakarta, Solo, Tangerang, dan Jakarta. Alfira juga berhasil membuat ibu-ibu di tempat tinggalnya lebih berdaya dengan membuat ecoprinting. Alfira juga sering memberikan workshop untuk menginspirasi orang lain agar percaya diri membuka usaha secara mandiri.
Wajar bila Alfira Oktaviani menjadi salah satu penerima SATU Indonesia award tahun 2022 untuk kategori kewirausahaan. Apa yang dilakukan Alfira melalui Semilir ecoprint adalah bukti nyata cara melestarikan warisan budaya lokal Indonesia. Semoga makin banyak sosok seperti Alfira Oktaviani lainnya di Indonesia. Amiin.
Referensi:
https://instagram.com/semilir_ecoprint
YouTube Polaris Studio
https://youtu.be/mJdB80S5h08?si=ArCaET-KVgmLbZhS
Slow fashion mungkin bisa juga di artikan natural and harmony fashion, dimana mengutamakan 2 kata kunci tsb dlm produksi.
BalasHapusWah unik sih ini, ternyata mode fast gak cuma ada dimakanan, di fashion juga ada dan lawan tandingnya adalah slow fashion.
BalasHapusIni berarti kategorinya butiq ya, karena kan fashion dibuat tidak dalam jumlah massal tapi terbatas dan pasti punya nilai tertentu.
Apalagi ini menggunakan prinsip ECO ...
Kulit lanting, sy baru tahu juga.
Kalau di daerah sy Cirebon, dulu ada istilah 'minyak lantung" untuk nyebut minyak tanah.
Ternyata Lantung itu sebutan untuk nama tanaman, terutama kulitnya disebut gitu.
Nambah wawasan euy ..
Wihhh mantap banget hasil karyanya, menggabungkan budaya turun temurun dengan karya berkelanjutan lewat hasil hutan. Ini jadi salah satu mahakarya anak bangsa yang harus dipopulerkan untuk menjaga budaya serta keseimbangan ekosistem alam
BalasHapusSalut dengan Jiwa Wirausaha-nya Alfira Oktaviani yang telah membuktikan bentuk - bentuk pelestarikan Warisan Budaya Lokal Kain Lantung dengan Teknik Ecoprint di daerahnya (desa Papahan- Kabupaten Kaur, Bengkulu).
BalasHapusBangsa ini butuh gerakan-gerakan inspiratif seperti ini. Langsung Turun Tangan BUKAN hanya urun angan sajah.
Lanjutkan!!!
Artikel yang komplit boskuh
Salam kenal dan salam bloggerHub Nusantara
Wahono Secret
Aku lihat model kayunya yang kering, sekilas mirip sama kayu manis. Hahaha ...
BalasHapusHasilnya itu enggak kaleng-kaleng ya. Ide kreatif memanfaatkan bahan alami gini jauh lebih ramah lingkungan lo. Keren!! Anyway, itu pounchnya kok cantik banget sih. ❤️❤️
Bagus-bagus sih produknya.Hanya saja, satu hal yang jadi pertanyaanku, ini kan dari kayu latung ya? Lhah terus, apakah ini tidak berarti bakalan bikin habis populasi kayu latung? Kan bukan limbahnya yang dipakai?
BalasHapusTas ecoprintnya cantik sekali, terlihat mewah dan fashionable. Dibalik kecantikannya terdapat hasil jerih payah dalam pembuatan tas tersebut. Tas ecoprint kain lantung merupakan bukti nyata cara melestarikan warisan budaya lokal Indonesia.
BalasHapussoal ecoprint saya sudah lama dengar, tapi baru tahu kalau filosofinya masuk slow fashion.. semoga suatu saat kesampaian punya produk ramah alam ini
BalasHapusnice post mba!
saya juga pelan-pelan mau beralih ke slow fashion, masih merangkak bget sih ini, spy bumi masih layak ditinggali anak cucu nanti. tapi mungkin yg bisa mjd pijakan kita saat berfashion adlh untuk tidak konsumtif apalagi impulsif kali ya. pakai apa yg ada sampai gak bisa dipakai, kl akhirnya harus belanja pun pilih yg slow fashion sperti kain lantung ini.
BalasHapusWah keren Semilir Ecoprint karya Kak Alfira ini, slow fashion yang dia usung tuh sama dengan konsep limited edition suatu brand ya Kak. Mengeluarkan produk limited dengan kualitas yang gak kaleng-kaleng.
BalasHapusKeren sekali mba Alfira Oktaviani, bisa Melestarikan Warisan Budaya Lokal Kain Lantung ini menjadi tas yang fashionable. Salut.
BalasHapusMemang warisan budaya seperti kain lantung harus dilestarikan terutama bagi kita masyarakat dan kita juga harus menghargai dengan membeli produk2nya
BalasHapusBeberapa kali soal ecoprinting ini seliweran di timeline saya. Penasaran kira-kira bakal luntur gak hasil gambar dari ecoprinting ini?
BalasHapusUnik dan cantik bangeeet! Harganya menurutku juga terjangkau sih melihat proses pembuatannya, dan ya ini pembuatannya kan gak yg secara massal, jadi bakal bangga aja pakenya, bukan fast fashion yang pasaran dan sama dengan banyak orang.
BalasHapusKecintaan pada budaya lokal ini memang perlu terus dikampanyekan ya Kak. Contoh kerennya seperti Kak Alfira Oktaviani yang inspiratif banget! Ia mampu mengangkat fesyen ramah lingkungan melalui Semilir Ecoprint. Semoga usahanya terus lestari dan menginspirasi lebih banyak masyarakat Indonesia
BalasHapusWah keren banget ya ! Saya langsung fokus ke tasnya yang cukup eye catching dan unik
BalasHapusharga yang dijual memang layak diberikan dengan jumlah sekian, dikarenakan prosesnya yang tidak mudah.. semoga usaha ini, yang niatnya mulia yaitu melestarikan lingkungan dan budaya loka diberikan kemudahan oleh Tuhan sehingga memiliki peminat yang besar :)
BalasHapusProduknya Semilir emang keren-keren ya kak, gak heran banyak yang suka sih. Dari Semilir juga aku jadi tahu kain lantung. Ternyata ada ya kain yang dibuat dari kulit pohon. Keren d pokoknya....
BalasHapusBaru tau saya kalo ada kain lantung, terlepas dari bahan bakunya kayu, ternyata hasilnya keren juga.
BalasHapusSelain memiliki kualitas bagus, produk-produk ecoprint ini eksklusif karena tidak diproduksi dalam jumlah besar. Nggak akan banyak yang nyamain, deh. Yuk, kita dukung produk lokal berkualitas ini
BalasHapusSenengnya akutuh kalo ada yg memanfaatkan alam, termasuk melestarikan warisan budaya kain lokal Indonesia dengan cara-cara yang alami dan nggak bikin rusak alam. Salut banget nih sama usaha Semilir Ecoprint nya mbak Alfira. Semangat terus, semoga makin banyak yg terinspirasi.
BalasHapuslanjutkan inovasinya mba alfira, jadi ingat baju yukbisnis -nya mas jaya setiabudi yang terbuat dari serat bambu, bajunya adem banget dan ramah lingkungan.
BalasHapusProses pembuatan produk-produk Semilir Ecoprint dari kulit lantung sungguh menarik dan bagus sekali, ya, karena menerapkan prinsip sustainability. Selain menjaga warisan budaya, juga menjaga lingkungan dan bumi. Keren.
BalasHapuskeren banget, melestarikan budaya lokal Indonesia bahkan hingga go Internasional ya.
BalasHapusproses panjang pembuatan karya ini emang layak dong ya mendapatkan apresiasi tinggi. :)
Wah, aku beberapa waktu lalu ikutan workshop tentang ecoprint jugaa. Ternyata seru banget dan memang jadinya cakep sih. Beda daun bisa beda warna. Kain yang dihasilkan bisa dibuat pakaian dengan motif yang costumized alias unik punya kita sendiri.
BalasHapusSetelah ikut workshop eco printing itu aku baru paham kenapa biasanya produk produk hasil eco print itu biasanya mahal. Karena prosesnya memang panjang dan hasilnya bisa sustainable.
Artikel yang sangat bermanfaat.
BalasHapusWah keren banget, salut banget. Benar-benar produksinya dipikirkan secara matang, dan aku lihat ada filosofi tersendiri ya, makanya spesial banget
BalasHapus